23 Juli 2012

REKOLEKSI

Pada tanggal 20-05-2012, Wilayah 2 mengadakan rekoleksi dengan tema "BERSAMA MARIA MENUJU YESUS"
diadakan di Stasi St, Vincentius Palloti, Perumahan Villa Bandara, Dadap - Cengkareng.
dan dibawakan oleh: frater Serafin Maria CSE dan frater Pio CSE








Santa Perawan Maria, Bunda Allah dalam Misteri Kristus

Hindari “ekstrem lebih”
      Peranan Maria tidak sama dengan Peranan Kristus dalam sejarah keselamatan manusia.
      Maria terlalu berpusat pada Kristus.
      Paham yang menyamakan Maria dengan Kristus.
      Memandang Kristus dalam perspektif Maria.
      Akibatnya, orang jatuh dalam penyembahan berhala kepada Maria.
      Paus Paulus VI mengecam praktek penghormatan yang salah, yakni melakukan novena atau doa rosario selama perayaan misa.
      Juga, kebiasaan kurang tepat “doa rosario” pada saat adorasi Ekaristi atau Adorasi Sakramen Mahakudus.
     
Hindari “ekstrem kurang”
      Kedudukan Maria tidak sama dengan kedudukan manusia pada umumnya.
      Maria yg dipandang sbg “Typos Gereja” (Citra Asli Gereja).
      Paham yang meremehkan bahkan menolak Maria dalam iman Kristiani.
      Orang tidak mengenal peranan Maria dalam penghayatan iman Kristiani.
      Meski ada aliran denominasi Kristen yg lain “menolak Maria” tetapi ada juga aliran Kristen yang mulai menghormati Maria dalam ibadatnya, seperti Taize Perancis.
      Penolakan terhadap Bunda Maria perlu ditinjau kembali, sebab agama Islam ternyata menghormati “Maria” yang disebut Mariyam, sebagai ibu Isa Almasih.

Dasar Penghormatan Maria
      Pentingnya pengertian hubungan dan kedudukan Maria yang istimewa dalam Kristus dan Gereja.
      Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat(Gal 4:4).
             Yesus Kristus, sungguh Allah & sungguh manusia dilahirkan seorang perempuan
      Martabat & kehormatan Maria: Ia dipilih sbg “Bunda Allah” dan Gereja yg beriman kpd Yesus Kristus menghormati dengan mulia Santa Perawan Maria, Bunda Allah (LG 52).
      Di satu sisi, Maria melampui semua ciptaan krn hubungan rahmat dgn Allah Tritunggal: Bunda Allah, Putri Allah Bapa, Mempelai Roh Kudus, ia telah ditebus secara mulia.
      Di lain pihak, ia sama dengan kita yg membutuhkan keselamatan Kristus, namun ia anggota istimewa Gereja, teladan iman yang sempurna, ia menjadi model Gereja dan teladan semua orang beriman (LG 53)
      Peranan Maria dalam misteri Kristus dan Grj serta kewajiban orang beriman kepada Maria.
      Dalam Gereja, kedudukan Maria sesudah Kristus dan plg dekat dgn kita (LG 54)


MARIA DALAM MISTERI KRISTUS
Bunda Almasih dlm Perjanjian Lama
      “Dia telah dinubuatkan terlebih dahulu dalam janji yang disampaikan kepada leluhur kita setelah jatuh ke dalam dosa” (bdk. Kej 3: 15).
      Nabi Yesaya menubuatkan, “Sesungguhnya seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan menamakan Dia Immanuel” (bdk. Yes 7:14).
      Perjanjian Lama menyiapkan “Kegenapan waktu tersebut” ketika Allah “mengutus Putera-Nya, lahir dari wanita… sehingga kita bisa diangkat sebagai anak-anak-Nya.
      Kedatangan Putera Allah ke dunia adalah suatu peristiwa yang dicatat dalam bab pertama Injil Lukas dan Matius (RM 7; bdk. LG 55).
      Maria, hamba Tuhan, miskin dan hina dina. Maria is seorang yg sepenuhnya bergantung kpd Allah & ia merealisasikan “orang yg miskin & rendah hati” yg telah mnrm janji keselamatan dr Allah.
      Maria, Putri Sion. Maria adalah “Israel yg menantikan janji keselamatan Allah & kepenuhan definitif dr janji keselamatan Allah.
      
Maria Menerima Kabar Gembira
      Karena Maria dipilih menjadi bunda Penebus, maka Ia dianugerahi karunia yg layak utk tugas yang luhur itu. Waktu pewartaan malaikat menyalaminya dgn “penuh rahmat” (Luk 1:28). Supaya ia dapat memberikan persetujuan imannya kepada pernyataan panggilannya, ia harus dipenuhi seluruhnya oleh rahmat Allah (LG 56).
      Krn itu, Gereja menetapkan dogma (kebenaran iman yang diwahyukan Allah kepada Gereja-Nya, krn itu umat Allah memegangnya dalam iman, harap dan kasih dgn teguh selama2nya) “Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa Asal” pada 8 Desember 1854 oleh Paus Pius IX dalam Bulla Ineffabilis Deus.
      “Perawan Tersuci Maria sejak saat pertama perkandungannya oleh rahmat yang luar biasa dan oleh pilihan Allah yang mahakuasa karena pahala Yesus Kristus, Penebus umat manusia, telah dibebaskan dari segala noda dosa asal”.
      Itulah sebabnya, Konsili Trente menegaskan Maria juga “bebas dari segala dosa pribadi atau akibat dosa asal atau concupiscentia (bebas dari dosa ringan).
      Maria secara definitif diantar memasuki misteri Kristus melalui peristiwa “pewartaan oleh malaikat.”
      Ketika malaikat mewartakan kpd Maria bhw oleh kuasa Roh Kudus akan melahirkan Putra Allah (bdk. Luk 1: 28-37). Maria menjawab dlm ketaatan iman “menundukkan budi & kehendaknya kpd Allah” (lh. Luk 1:37-38). Maka, Maria menjadi “Bunda Allah”.
      Melawan “ebionisme” (Yesus:manusia) dan “doketisme” (Yesus:Allah), maka Ireneus menyatakan kebenaran iman ttg Maria: “Ketidakpercayaan & ketidaktaatan Hawa telah mendtngkan maut dlm diri manusia, telah dibebaskan oleh iman dan ketaatan Maria kpd Allah, sehingga ia mendatangkan keselamatan bagi umat manusia”. Maka, Maria, Hawa yg baru adalah Bunda mereka yang hidup, Bunda umat manusia.
      Atas serangan Nestorius, krn Yesus terdr 2 pribadi: manusia & Allah, maka Maria adalah bunda manusia atau Kristus. Konsili Efesus pd th 431 menetapkan bhw Maria hrs diimani sbg Bunda Allah untuk menjadi kebenaran Yesus Kristus, sungguh Allah dan sungguh manusia: “Immanuel sesungguhnya Allah & krn itu sang Perawan Kudus adalah Bunda Allah krn Ia melahirkan menurut daging, Sabda yg berasal dari Allah dan telah menjadi daging.”

Maria dan Kanak-kanak Yesus
      “Persatuan antara Bunda dan Putra dlm karya keselamatan ini dinyatakan mulai dari saat ia sebagai perawan menerima Kristus dalam rahimnya sampai ke saat wafat-Nya” (LG 57)
      Kaitan Maria dgn “kenosis” Yesus Kristus (lh. Flp 2: 6-8). Persetujuan Maria dilanjutkan terus dlm semua pristiwa kehidupannya dalam kaitan dgn Yesus, sampai akhirnya pada Grj awali.
      “Maria mengunjungi Elisabet” (bdk. Luk 1: 41-45) menyingkapkan:
      Maria disalami sbg “berbahagia” krn ketaatan iman akan janji keselamatan.
      Dalam Roh Kudus, Elisabet bersaksi “Maria Bunda Allah”.
      “Berbahagialah dia yg tlah percaya sbb apa yg dikatakan Tuhan kepadanya akan terlaksana” (Luk 1: 45).
      Ketika Maria melahirkan Tuhan,
      “ Tdk mengurangi keutuhan keperawanan ibunya tetapi malah menyucikannya” (LG 57)
      Dogma “Maria tetap perawan”, kendati tak pernah dibuat definisi dogmatis, namun menjadi bagian perbendaharaan iman gereja yang mengikat orang katolik, sejak abad ke IV baik di grj Barat maupun TImur. Keperawanan Maria dalam arti “Fisik” dan “rohani”

      Kemudian, abad VII (Sinode Lateran th 649) lahir 3 arti “keperawanan tetap Maria”, yaitu:
      Keperawanan sblm melahirkan: Maria mengandung dr RK dan bukan dr bapak insani.
      Keperawanan waktu melahirkan: rahim Maria ttp utuh ketika Yesus lahir daripadanya.
      Keperawanan sesdh melahirkan: Maria tdk pernah bersetubuh shg tak ada saudara2 kandung Yesus.
      Benarkah Yesus memiliki “sdr2 kandung” (lh. Mat 3:31; 6:3; Yoh 2:12; dsb)?
      Dalam KS, “saudara” tdk hanya saudara2 kandung ttp juga saudara2 sepupu.
      Tdk langsung “anak Maria dan Yosef” namun dikaitkan dgn Yesus.
      Mrk 6: 3, Yesus adalah anak satu2nya.
      Sdr2 Yesus: keponakan Yesus, anak2 saudari ipar dari Maria, anak2 Maria yg lain.
      Yesus sendiri tdk menekankan “persaudaraan fisik” tetapi lebih mengutamakan “persaudaraan rohani”.
      “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (bdk. Luk 8: 20-21).
      Inilah sikap dasar Maria “menyimpan, merenungkan dan melaksanakan Sabda-Nya.”
      Dogma “Kesucian Maria yang sempurna” berkembang sejak awal abad III dalam tulisan Hippolitus dari Roma.
      Maria bebas dari segala dosa, ia memeluk kehendak Allah, membaktikan diri kpd pribadi dan karya PutraNya, dibwh & bsm Dia, mengabdi misteri penebusan, ia secara aktif bekerja sama melayani keselamatan manusia dlm kebebasan “ketaatan iman” (LG 56).
      Maria sebagai “rekan penebus” berarti bukan berarti sejajar dengan peran Yesus sebagai penebus satu2nya, melainkan karena peranan Maria dalam karya keselamatan.
      Dengan ungkapan “Fiatnya” hingga di kaki salib Yesus, ia mengundang manusia untuk menerima keselamatan Allah dalam Kristus Yesus melalui Gereja-Nya yang kudus.
      Ketika “Yesus ditemukan kembali dlm kenisah”, Yesus menegaskan Maria & Yosef bhw “Ia hrs berada di rumah Bapa-Nya.”
      Dlm ketdkmengertian, Maria “menyimpan dan merenungkan dlm hatinya” serta hidup dalam sabda-Nya (Luk 2: 19-51).
      Maria memberikan teladan iman akan sabda Allah “penyerahan diri yg total kpd Allah”.

Maria dan Karya Yesus
      Pada awal pelayanan Yesus “Perkawinan di Kana” (Yoh 2: 1-11). Kendati Maria mengalami penolakan dr Yesus, "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba" (Yoh 2: 4), namun Maria meminta kpd pelayan, "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" (Bdk. Yoh 2:5), dan terjadilah “tanda pertama, air menjadi anggur.”
      Maria tampil sebagai “Pengantara”, karena ia adalah “Bunda Allah”. Ibu Yesus minta apa yang dibutuhkan untuk perjamuan perkawinan. Suatu tanda “perjamuan perkawinan Anak Domba”, atas permohonan Gereja, Kristus menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya.
      Bkn kita tdk dpt langsung kpd Yesus, melainkan “pertolongan Maria” di saat2 sulit.
      Gelar Maria Pengantara “Tugas Maria sbg Bunda thd mc, sama sekali tidak mengaburkan atau mengurangi kepengantaraan Kristus yg satu2nya itu, melainkan menunjukkan kekuasaan-Nya” (LG 60).
      Kristus: pengantara kpd Allah, sdgkan Maria: pengantara kepada Yesus.
      Sharing doa pembebasan di LBJ.
      Pada waktu “Maria berdiri di bawah salib Yesus”. Berkatalah Yesus kepada ibunya, “Ibu, inilah anakmu” dan kepada muridnya, “Inilah, ibumu” (Yoh 19: 25-27)
      Maria bsm Yesus “mengosongkan diri-Nya” dan menderita bsm Yesus.
      Persatuan dengan Yesus sbg ungkapan “fiat” hingga pada salib Yesus.
      Sejak saat itu, Maria menjadi Bunda bagi murid-murid-Nya yang percaya kepada Yesus, ia menjadi bunda orang beriman, bahkan bunda semua orang hidup.
      Maria menjadi Bunda Gereja bukan karena ikatan fisik melainkan karena ikatan iman, “ia (Maria) mengenali dan melaksanakan kehendak Allah scr sempurna.”
      Maria sebagai Bunda Gereja, “Bunda segenap umat Kristen, baik anggotanya maupun gembalanya” (Paus Paulus VI)
      “Atas pilihan Allah Bapa, sesuai kuasa Roh Cinta Kasih, memberikan kehidupan manusiawi bagi Allah Putera, memohon rahmat Allah bagi umat-Nya” (Paus Yohanes Paulus II).
      Sharing diganggu roh jahat di LBJ.

Maria dan Gereja Perdana
      Sesdh wafat dan kemuliaan Yesus, Maria bsm para rasul “bertekun sehati dalam doa” (Kis 1: 14) menantikan dan menerima janji Kristus, yaitu pencurahan Roh Kudus.
      Hal ini menunjukkan peran Maria dalam doa dan ketenangannya dalam hidup Yesus dan mendampingi para rasul melanjutkan ajaran dan karya putranya.
      Akhirnya, Maria “yang bebas dari dosa asal”, ia “diangkat ke dalam kemuliaan surgawi” dan “ia dimahkotai di surga” sebagai ratu surga. Ajaran iman (dogma) ditetapkan Paus Pius XII pd 1 Nopember 1950 dalam Bulla Munificentissimus Deus: “Bunda Allah tak bernoda, Maria tetap perawan, sesdh menyelesaikan jalan hidupnya di dunia, tlh diangkat ke dlm kemuliaan surgawi dgn bdn & jiwa dan badannya.
      Krn Maria sluruh hidup “mengambil bagian dlm hidup Yesus”, maka ia juga mengambil bagian dalam “kemuliaan Yesus”.
      Namun, berbeda dgn Yesus yg bangkit, Maria “diangkat ke surga jiwa dan badannya”.
      Seluruh eksistensi Maria “bebas dr dosa” krn persekutuan dgn Kristus, beralih dalam eksistensi dalam “kemuliaan surgawi”.
      Maka, dogma “Maria diangkat ke surga” memadatkan seluruh ajaran & dogma Gereja ttg Maria: Perawan dan Bunda Allah, kesucian, dan yang dikandung tanpa noda dosa asal”. Gereja menghormati Maria dengan mulia “yang mengantar manusia pada keselamatan Allah dlm Kristus” (Per Mariam ad Jesum).
      Sharing “seorang suster atas pertolongan Bunda Maria”.

IBADAT KEPADA MARIA DALAM GEREJA
      Penghormatan kepada Maria bukan “penyembahan” yang ditujukan kepada Allah.
      Posisi Maria selalu di bawah Sang Pencipta, Allah Tritunggal dan dibawah Kristus.
      Sesudah Ekaristi, devosi Maria adalah yg trbsr.
      Di antara para kudus, Maria menempati urutan pertama dan terhormat krn teladan luhurnya.
      Krn itu hindari, gejala emosionalisme yg berlebihan dan sikap mudah percaya tanpa dasar yang benar.
      Devosi dan penghormatan Maria yang benar selalu mengantar, membawa, terarah pada iman kepada Allah Tritunggal dalam Kristus.
      Berdsrkan: Kitab Suci, Bapa2 Gereja, Pujangga2 Gereja, dan liturgi suci.
      Amat penting agar setiap devosi kepada Maria dilandaskan atas iman yang benar dan sejati (Kitab Suci, Tradisi, Magisterium Gereja).
      Dengan pemahaman yg benar mengarahkan penghayatan yg benar sbg ungkapan cinta anak kepada ibunya.
             Meneladani keutamaan Maria: iman, pelaksana kehendak Allah, terbuka pada bimbingan Roh Kudus,  
             jiwa kontemplatifnya
      Sejak konsili Efesus th 431, penghormatan yang benar, tepat dan seimbang kepada Maria dalam doa dan devosi liturgis karena bersifat teologis.
      Hari Raya: 1 Januari (Bunda Allah), 15 Agustus (Maria Diangkat ke Surga), 8 Desember (Maria Dikandung Tanpa Noda), 25 Maret (Kabar Sukacita), 25 Desember (Natal) dan 6 Januari (Penampakan Tuhan).
      Pesta: 31 Mei (Maria Mengunjungi Elisabet), 8 September (Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria)
      Peringatan Wajib: 22 Agustus (Santa Perawan Ratu), 15 September (Santa Perawan Maria Berdukacita), 7 Oktober (Rosario Santa Perawan Maria), 21 Nopember (Santa Perawan Maria Dipersembahkan di Kenisah).
      Peringatan Fakultatif  Santa Perawan Maria di Lourdes (11 Pebruari), Peringatan Fakultatif Hati Maria Tak Bernoda (Hari Sabtu sesudah Hari Raya Hati Yesus Mahakudus), Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel (16 Juli).
      Peringatan Santa Perawan Maria pada Hari Sabtu.
      Sharing  “doa kaul kekal di Gua Maria Melo”.
      Doa kepada Maria sbb:
      Salam Maria: Doa ini berasal dari salam malaikat dan Elisabet sejak abad VI – VII, kemudian dilengkapi pada th 1498 dan ditetapkan oleh Paus Pius V pd tahun 1568.
      Doa Rosario: dimaksud utk merenungkan misteri Kristus dan dipopulerkan oleh Ordo Dominikan.
      Doa malaikat Tuhan: didoakan tiga kali sehari. Isinya: teladan Maria dlm karya keselamatan Allah, yg diselingi doa Salam Maria. Pd th 1742 Paus Benediktus XV menggantinya dengan Ratu Surga pada masa Paska.
      Litani Maria: membedakan dgn penyembahan kpd Allah, pd seruan “doakanlah kami.”
      Sharing Pertolongan maria “di waktu sulit”

PENAMPAKAN MARIA
      Penampakan “jangan dipandang rendah”
      Tetapi sekaligus “jgn dimutlakkan”
      Jika, penampakan otentik dan diakui Gereja, “boleh diterima” tp tdk “diwajibkan” sejauh demi iman kpd Kristus dlm Gereja.
      Berlaku wejangan Paulus, “Jgn padamkan roh, tp ujilah segala sesuatu dan peganglah apa yang baik” (bdk. 1 Tes 5: 19 – 21).
      Penting pembedaan “Wahyu Publik” dan “Wahyu Pribadi”
      Wahyu Publik: Karya Keselamatan Allah kepada manusia dalam pribadi Kristus melalui Kuasa Roh Kudus, yg dimulai dari Perjanjian Lama dan berakhir dlm Perjanjian Baru.
      Tidak perlu “penglihatan, wahyu, nubuat, sabda” di luar Kristus (S. Yohanes Salib).
      Namun, kepenuhan wahyu publik itu, isinya sama sekali belum digali seluruhnya.
      Maka, dalam menilai dan menafsirkan “wahyu pribadi” diserahkan kpd Magisterium Gereja dan seluruh orang beriman mentaatinya dalam iman kpd Kristus dlm Gereja.
      “Sabda bertumbuh”, “meditasi, studi, pengalaman rohani”, “pewartaan karismatis.”
      Wahyu Publik menuntut iman dr Kitab Suci, Tradisi, Magisterium Gereja, tulisan Pujangga dan orang kudus Gereja.
      Sdgkan, wahyu pribadi adalah sarana utk menghayati iman yg benar bukan melawan bahkan menggantikannya.
      Wahyu pribadi perlu diperiksa dlm hub dgn wahyu publik dlm discernment.
      Perbedaan antara “karunia” dgn “ramalan”
      Ramalan cenderung mencari “sensasi” krn alasan psikologi dan dpt mudah jatuh dalam tipuan si jahat.
      Sedangkan, karunia rohani melulu datang atas inisiatif dari Allah dan demi kemuliaan nama-Nya dan keselamatan jiwa (bdk. penampakan Maria yg otentik dan Maria Simma).
      Krn itu, Wahyu Pribadi bersifat karisma kenabian atau nubuat, bukan meramalkan kejadian masa depan melainkan “pernyataan kehendak Allah pada zaman sekarang dan saat ini”.
      Dr struktur antropologis wahyu pribadi, “pengenalan indrawi”, “pengenalan batin”, dan “pengenalan rohani”. Wahyu pribadi yg otentik msk dlm kategori 2 bahkan 3.
      Jika msh dalam kategori pertama dan cenderung “meramal” maka wahyu pribadi itu bukan berasal dari Roh Kudus.
      Spy kita aman dr segala hal2 tsb yg kerap melemahkan iman dan menjauhkan dr Allah, maka:
      “lupakanlah semua itu”, “peliharalah damai batin”, dan “arahkan segala ada kepada Allah”.

Tidak ada komentar: